Tips Memasang Iklan Cepat Laku

SEORANG SAHABAT bertanya kepada saya, “Mas, saya sudah ngiklan di koran, banner promo sudah saya pasang, tapi sudah 6 bulan kok belum ada yang laku? Harga saya sudah paling murah tuh, Mas!”
Untuk menenangkan, saya jawab, “Mungkin belum rejeki, Pak! Diperbaiki saja iklan2nya, ganti program promo dan bahasa promo. Dan jangan lupa diukur responnya terhadap incoming call atau sarana lainnya.”
TAPI begini bisa jadi iklannya tidak tepat sasaran atau tidak sesuai dengan target marketnya. Penempatan banner juga demikian, tidak berada dimana target market berkumpul (crowd).
Marketing itu seni, seni yang terintegrasi. Tidak semata punya produk, ngiklan, trus laku deh. Ada perjalanan panjang sebelumnya sebelum meramu sebuah produk, menuangkan dalam iklan dan bahasa promo. Sehingga iklan memiliki ruh dan menciptakan crowd dan melanjutkan ke selling. Rumusnya DOI – Do and Improve. Lakukan terus dan lakukan improvisasi. Dan banyak berdoa adalah rumus yang paling utama, karena rejeki datangnya dari Tuhan.
Pak Agus Topten Pengusaha bidang percetakan dan properti di Lampung ini sadar penuh bahwasannya jualan cepet itu adalah rejeki. Dan Sang Pemberi Rejeki adalah Tuhan kita. Jadi kalau mau jualan cepet, ya minta sama Tuhan! Begini komentar beliau di akun social medianya : Belajar memPerbanyak budget “IKLAN LANGIT” , karena Keputusan MEMBELI itu adalah KEPUTUSAN HATI, dan satu-satu DZAT yang bisa menggerakkan HATI seseorang untuk membeli pada SIAPA hanya TUHAN. TUHAN tidak pernah kehabisan cara untuk mendatangkan PEMBELI. Kosakata Iklan Langit(an) ini yang serasa cetar membahana pikiran saya. Menembus batas teori manusia. Pak Agus kembali merespon, “misale, punya budget IKLAN 5 juta, tak pikir2 ketimbang cuma jadi barang cetakan, yg lihat cumanya manusia, akhirnya coba tak split, 1.5juta bikin IKLAN BUMI, 3.5juta untuk IKLAN LANGIT , belikan beras dapet +- 400kg. Berasnya di bungkus @5kg, berarti ada 80 Kepala Keluarga fakir miskin yang akan menerimanya. Beras itu dimakan jadi daging, jadi darah, dan daging dan darahnya-pun ikut mendoakan bisnis kita….” Wah bener banget. Saya kembali berpikir. Jutaan rupiah saya gelontorkan untuk iklan koran setiap bulan, mengikuti pameran, belum lagi iklan online, ditambah outdoor promo. Saya langsung cek ke bagian keuangan saya, sudah berapa biaya promo yang dikeluarkan. Dan masya Allah …. Sepertinya saya sendiri kurang perhatian dengan iklan langit(an) ini.
Sudah berapa budget Iklan Langit(an)mu? Hayooo …Syukron Pak Ustad Agus Topten… Nasihatnya, sentilannya, sharingnya…
Dahsyat sekali buat saya. Dan semoga menginspirasi para pembaca blog ini.

Sumber : http://spedarodadua.com